Ketika Saadat Khan kembali ke rumahnya di desa di Utara Pakistan setelah melaksanakan umrah di Arab Saudi awal pekan ini, dia sambut dengan riuh rendah.
Menurut putra dari pria berusia 50 tahun ini, Haq Nawaz, sekitar 600 orang datang ke pesta sambutan itu.
"Kami memasak nasi, daging dan ayam," tuturnya kepada BBC.
"Seluruh desa" datang dan menyelamatinya, tambahnya.
Selamatan atas ritual agama menjadi suatu tradisi di Pakistan.
Hanya beberapa hari kemudian, Khan menjadi orang pertama di negara itu yang meninggal karena virus corona dan desanya kini berada dalam karantina ketat.
Sekitar 46 orang di desa itu telah diuji sejauh ini, dan 39 di antaranya dinyatakan positif. Dua rekan yang pulang bersamanya dari Arab Saudi juga terinfeksi virus corona.
Kematian Khan menegaskan tantangan yang dihadapi dalam menangani penyebaran virus corona di negara berkembang seperti Pakistan, di mana kebanyakan keluarga besar tinggal bersama, sering kali dalam kondisi padat penduduk dan sistem kesehatan yang buruk.
Seorang pakar kesehatan memperingatkan bahwa negara itu menghadapi "marabahaya" jika tindakan pencegahan yang cukup tidak dilaksanakan.
Ada sekitar 1.000 kasus Covid-19 terkonfirmasi di Pakistan, delapan di antaranya meninggal dunia.
Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang kembali dari bepergian ke Iran, negara di Timur Tengah yang paling terdampak, namun muncul kekhawatiran tentang bagaimana virus itu menyebar.
Profesor Javed Akram, wakil rektor di University of Health Sciences di Lahore, mengatakan kepada BBC "penularan domestik" di Pakistan sekarang menjadi perhatian utamanya.
Akram menambahkan bahwa jumlah sebenarnya kasus di negara itu, seperti tempat lain di dunia, kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang telah dicatat, karena kurangnya kapasitas pengujian.
Sejauh ini, sekitar 6.000 tes telah dilakukan, sementara populasi Pakistan lebih dari 207 juta.
Kota pelabuhan Karachi yang padat adalah pusat bisnis Pakistan, dan telah menjadi rumah bagi meningkatnya infeksi virus corona. Di antara pasien positif virus corona adalah Saeed Ghani, menteri pendidikan untuk Provinsi Sindh.
Berbicara kepada BBC via telpon ketika dalam isolasi, Ghani mengatakan belum jelas bagaimana dia terinfeksi dan dia tak mengalami gejala apa pun.
Dia mengatakan para pejabat sadar bahwa angka-angka yang dilaporkan belum tentu merupakan cerminan akurat dari kenyataan di lapangan, dan yang menyebabkan pemerintah lokal Sindh menerapkan karantina ketat awal pekan ini.
Semua perjalanan tidak penting di luar rumah telah dilarang, sementara hanya toko makanan dan medis yang diizinkan untuk tetap buka. Langkah-langkah serupa sekarang juga dilakukan di seluruh negeri.
Perdana Menteri Imran Khan, tampaknya tidak sejalan dengan pemerintah setempat. Dia sebelumnya mengatakan "lockdown" atau karantina wilayah tidak akan berkelanjutan di Pakistan, karena akan menyebabkan terlalu banyak kerugian bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Setelah pemerintah provinsi melanjutkan dan memperkenalkan langkah-langkah yang sama dengan "lockdown", Khan berusaha menjelaskan bahwa dia hanya menentang apa yang dia sebut sebagai "jam malam," sementara juga menguraikan beberapa langkah untuk melindungi warga miskin, yang bergantung pada upah harian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tidak seperti negara-negara Muslim lainnya, pemerintahannya belum memerintahkan untuk mengakhiri salat berjamaah pada hari Jumat.
Bagi Profesor Akram, menerapkan langkah-langkah pencegahan di Pakistan adalah suatu hal yang penting, seperti yang dia sebut sebagai "kurasi perawatan bukanlah opsi yang tepat".
Mengingat negara yang lebih kaya seperti Italia pun berjuang keras untuk menangani wabah, fasilitas kesehatan yang lebih "primitif" di Pakistan akan kewalahan, ujarnya.
Menekankan tantangan yang dihadapi oleh petugas kesehatan di negara itu, satu banding tujuh dari kasus yang terkonfirmasi di Pakistan sejauh ini adalah petugas kesehatan muda.
Dr Usama Riaz, yang berusia 26 tahun, bekerja di utara Gilgit-Baltistan, memeriksa orang-orang yang kembali dari Iran ketika dia akhirnya terinfeksi Covid-19 dan meninggal dunia.
Petugas medis mengkritik minimnya alat perlindungan diri bagi mereka. Salah satu kolega Riaz mengatakan kepada BBC bahwa kini mereka sudah diberi alat perlindungan diri, namun dia khawatir dokter di area lain belum mendapatkannya.
"Hidup dan mati ada di tangan Tuhan," kata dia.
"Tapi bekerja tanpa alat perlindungan diri adalah bunuh diri".
Para pejabat mengatakan pihaknya berupaya untuk menambah sumber daya petugas kesehatan.
Kembali ke desa Saadat Khan, korban jiwa pertama virus corona di Paksitan, warga mulai bersiap menghadapi krisis ini.
Salah satu keluarga Khan, yang juga dinyatakan positif meksipun tidak memiliki gejala apapun, mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak memahami bagaimana penyakit itu bisa sangat mematikan, sangat cepat.
"Kami tidak dapat melihatnya, namun semua orang takut terhadapnya."
"semua" - Google Berita
March 27, 2020 at 02:40PM
https://ift.tt/2y9GT17
Virus corona di Pakistan: 'Kami tidak bisa melihatnya, tapi semua orang ketakutan' - BBC News Indonesia
"semua" - Google Berita
https://ift.tt/34ta3Di
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Virus corona di Pakistan: 'Kami tidak bisa melihatnya, tapi semua orang ketakutan' - BBC News Indonesia"
Post a Comment