Di pasar saham domestik, tekanan jual sudah terasa di awal pekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) sempat terperosok lebih dari 4%, meskipun pada sesi I ditutup terkoreksi 3,8% ke level 4.034,1 atau kehilangan 160,84 poin.
Koreksi dalam IHSG tersebut bersamaan dengan kejatuhan bursa-bursa saham di Asia, di mana Hang Seng di Bursa Hong Kong terkoreksi 3,75%, bursa Shanghai drop 1,6% dan bursa Singapura turun 7,3%.
Situasi di dalam negeri semakin memburuk dan tidak bersahabat dengan investor karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini.
Pada Senin (23/3/2020), US$ 1 dibanderol Rp 16.550/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 4,09% dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Berbagai stimulus dan kelonggaran moneter yang serempak dilakukan beberapa negara dan bank sentral global tak mampu membuat harga emas melesat. Suku bunga rendah biasanya bagus untuk logam mulia. Namun penurunan suku bunga dan suntikan likuiditas belum meyakinkan pasar.
Goldman Sachs memperingatkan kliennya bahwa S&P 500 mungkin akan turun sampai mencapai 2.000. "Virus corona telah menciptakan gangguan finansial dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya," Kepala Strategi Ekuitas AS, David Kostin, menulis dalam sebuah catatan.
"Kombinasi likuiditas yang seret, ketidakpastian yang tinggi, dan penentuan posisi dapat menyebabkan S&P 500 jatuh di bawah estimasi 2.450, perkiraan kami akan jatuh lebih dekat ke level 2.000."
Dalam situasi yang seperti ini, tak satu pun yang berani menanamkan investasi dan lebih memilih untuk memegang uang tunai.
Investasi di emas, sebagai salah satu safe haven, di kala krisis juga mulai dihindari. Harga emas ikut diobral dan terus mengalami koreksi sejak pekan lalu.
Harga emas di pasar spot kembali melemah pada awal pekan ini. Walaupun bank sentral global berbondong-bondong melonggarkan kebijakan moneternya, pasar masih belum tenang dan membuat logam mulia pun ikut terkena tekanan jual.
Pada Senin (23/3/2020), harga emas di pasar spot melorot 0,32% ke level US$ 1.491/troy ons. Posisi emas saat ini menandai level terendah sejak 24 Desember 2019. Sejak menyentuh level tertingginya dalam tujuh tahun pada 9 Maret lalu, harga emas seolah terjun bebas.
Hingga hari ini, harga emas telah anjlok 11,25% dari level tertingginya sejak 9 Maret. Pandemi yang diakibatkan oleh virus corona (COVID-19) menjadi biang kerok aksi jual besar-besaran logam mulia ini.
Investor sebagian besar menjual emas untuk mendapatkan uang tunai untuk menutupi kerugian di tempat lain.
"Emas terus dilikuidasi secara agresif sebagai bentuk rebalancing dan untuk menutup margin call, hal ini mengakibatkan emas mengalami penurunan mingguan terbesar sejak 1983," tulis ahli strategi komoditas TD Securities, melansir Kitco.
"Aksi jual emas di pasar saat ini mirip dengan apa yang terjadi selama krisis keuangan, ketika harga turun untuk periode lebih dari tiga bulan bersamaan dengan jatuhnya valuasi ekuitas, begitu juga dengan meningkatnya volatilitas dan margin calls memaksa para investor untuk menjual emas guna menyediakan likuiditas" tambahnya.
Sementara itu, aktivitas investasi emas di dalam negeri juga setali tiga uang. Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Senin (23/3/2020) turun 1,1% sebesar Rp 9.000 menjadi Rp 812.000/gram, dari perdagangan Sabtu lalu sebesar Rp 821.000/gram.
Demikian pula di pasar obligasi RI, yield (imbal hasil) surat untang negara untuk tenor 10 tahun berada pada kisaran 8,142% naik 4,3 bps (basis poin), tertinggi sejak Januari 2019. Ini menunjukkan harga obligasi RI sedang berada dalam tekanan.
Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, masuknya Bank Indonesia ke dalam pasar obligasi dan mata uang memang membuat pasar obligasi mengalami penguatan, tetapi hanya sementara.
"Para pelaku pasar dan investor, baik local maupun asing mereka sedang mencermati dan mengamati situasi dan kondisi wabah virus corona yang saat ini melanda Indonesia, dan yang terpenting adalah bagaimana cara Indonesia menanganinya," tulis riset tersebut.
Saat ini para pelaku pasar dan investor sedang menjaga tingkat likuiditasnya dalam jangka waktu pendek.
(hps/tas)
"semua" - Google Berita
March 23, 2020 at 12:32PM
https://ift.tt/33IyM7I
Bukan Main! Saham, Emas, Obligasi & Rupiah Semua Ambles - CNBC Indonesia
"semua" - Google Berita
https://ift.tt/34ta3Di
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Main! Saham, Emas, Obligasi & Rupiah Semua Ambles - CNBC Indonesia"
Post a Comment